Minggu, 24 Februari 2013

Menigkatnya aqidah selalu dibarengi dengan cobaan yang tak pernah putus :)

Seminggu lebih hilang dari peredaran, yaa cuma sekedar peredaran dunia penulisan kok. Banyak yang terjadi seminggu ini, berkaitan masalah pekerjaan. Akhirnya pimpinan menyadari kalo aku lebih terfokus dengan kuliah dan aku diminta untuk memilih. Kuliah saat ini nomer satu buatku. Aku menyadari kesalahanku, aku tidak pintar dalam hal ini dan ujung-ujungnya selalu harus ada yang dikorbankan. Aku tidak mau nasib kuliahku berantakan, masalah pekerjaan dan hati sudah cukup berantakan dan memaksa otak ini berpikir. Apa rencana selanjutnya?


Kenyamanan berkantor di sini sudah sampai 70%, pada intinya aku terbiasa sendiri dan melakukan apapun yang tidak pernah dilakukan oleh teman kantor lainnya. Mungkin hal yang mencolok ketika aku ada diantara mereka. Aku yag berjilbab, aku yang selalu solat, aku yang membawa bekal dan aku yang terlalu diam. Aku jadi seperti orang asing dan malu untuk melakukan sesuatu hal yang sebenarnya perintah agama. Bukan malu karena merasa salah, tapi malu karena mereka sama sekali tidak tergerak hatinya untuk mengikuti jejakku. Itu keputusan mereka, aku tidak mau memaksa dan sama sekali bukan maksudku untuk membuat mereka mengikuti langkah yang aku ambil.

Posisiku sekarang sepertinya salah, karena klien di tempat aku bekerja seorang non muslin dan aku sama sekali tidak pernah  mengerti kenapa yang muslimpun mengikuti jejak mereka. Apa ada sebuah aturan orang muslim tidak diperbolehkan menunaikan ibadahnya selama bekerja di kantor ini? Astaghfirullah, aku terlalu suudzan sepertinya. Selama hampir setahun aku selalu solat di antara kerumunan orang-orang, karena dikantor ini sama sekali tidak menyediakan tempat solat khusus. Tempat yang biasa terpakai untuk tempat ngobrol, ngerokok, makan, tiduran biasa aku jadikan tempat solat di bagian pojok meja. Tidak jarang aku lagi solat dan di situ juga teman-teman kerja pada asik ngobrol atau bahkan nyalain mp3. Tidak terpikir kenapa tenggang rasa disalah artikan di kantor ini. Dari situlah aku merasakan bahwa ketaqwaanku semakin bertambah dan aku semakin dekat dengan Allah swt.

Aku menyadari keberadaanku yang mengenakan jilbab menjadi salah satu faktor yang membuat pimpinan meminta aku untuk memilih. Terbukti dari temanku Rina yang melamar ditempat ini tidak ada panggilan lagi karena permasalahan dia yang mengenakan jilbab, dan Lia tidak mendapatkan bayaran sepantasnya karena lagi lagi alasannya jilbab. Yang terakhir adalah aku L Masyallah.. semua itu aku baru sadari ketika teman kerja bicara permasalahan ini dan aku baru menyadarinya. Sore itu aku merasakan bingung campur seneng. Disatu sisi aku bakal bebas dari jeratan pimpinan yang kapan saja bisa membunuhku, disatu sisi juga aku bingung aku harus kerja di mana selain tempat ini. Kuliah yang membuat aku susah menyesuaikan tempat kerja baru. Aku juga tidak mau tinggal diam, aku juga tidak mau membut orang tua terbebani. Aku harus bisa, kuat dan berjuang sampai gelar Sarjana ditangan.

11 Maret aku angkat kaki dari kantor ini, banyak cerita. Ruangan ini jadi saksi aku mengahabiskan waktu ketika aku merasakan sakitnya putus cinta, sakitnya dimarahin pimpinan, sakitnya diperlakukan seenaknya, sakitnya terbebani setumpuk pekerjaan tanpa bimbingan senior. Ruangan lantai tiga, I miss u so much. Banyak air mata yang menetes, mungkin kalo kaset kamera pengintainya diputer ulang kalian bisa tau ceritanya hehehe :)

-Ry-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar