Seminggu lebih hilang dari peredaran, yaa cuma sekedar
peredaran dunia penulisan kok. Banyak yang terjadi seminggu ini, berkaitan
masalah pekerjaan. Akhirnya pimpinan menyadari kalo aku lebih terfokus dengan
kuliah dan aku diminta untuk memilih. Kuliah saat ini nomer satu buatku. Aku
menyadari kesalahanku, aku tidak pintar dalam hal ini dan ujung-ujungnya selalu
harus ada yang dikorbankan. Aku tidak mau nasib kuliahku berantakan, masalah
pekerjaan dan hati sudah cukup berantakan dan memaksa otak ini berpikir. Apa
rencana selanjutnya?
Kenyamanan berkantor di sini sudah sampai 70%, pada intinya
aku terbiasa sendiri dan melakukan apapun yang tidak pernah dilakukan oleh
teman kantor lainnya. Mungkin hal yang mencolok ketika aku ada diantara mereka.
Aku yag berjilbab, aku yang selalu solat, aku yang membawa bekal dan aku yang
terlalu diam. Aku jadi seperti orang asing dan malu untuk melakukan sesuatu hal
yang sebenarnya perintah agama. Bukan malu karena merasa salah, tapi malu
karena mereka sama sekali tidak tergerak hatinya untuk mengikuti jejakku. Itu
keputusan mereka, aku tidak mau memaksa dan sama sekali bukan maksudku untuk
membuat mereka mengikuti langkah yang aku ambil.
Posisiku sekarang sepertinya salah, karena klien di tempat
aku bekerja seorang non muslin dan aku sama sekali tidak pernah mengerti kenapa yang muslimpun mengikuti jejak
mereka. Apa ada sebuah aturan orang muslim tidak diperbolehkan menunaikan
ibadahnya selama bekerja di kantor ini? Astaghfirullah, aku terlalu suudzan
sepertinya. Selama hampir setahun aku selalu solat di antara kerumunan
orang-orang, karena dikantor ini sama sekali tidak menyediakan tempat solat
khusus. Tempat yang biasa terpakai untuk tempat ngobrol, ngerokok, makan,
tiduran biasa aku jadikan tempat solat di bagian pojok meja. Tidak jarang aku
lagi solat dan di situ juga teman-teman kerja pada asik ngobrol atau bahkan
nyalain mp3. Tidak terpikir kenapa tenggang rasa disalah artikan di kantor ini.
Dari situlah aku merasakan bahwa ketaqwaanku semakin bertambah dan aku semakin
dekat dengan Allah swt.
Aku menyadari keberadaanku yang mengenakan jilbab menjadi
salah satu faktor yang membuat pimpinan meminta aku untuk memilih. Terbukti
dari temanku Rina yang melamar ditempat ini tidak ada panggilan lagi karena
permasalahan dia yang mengenakan jilbab, dan Lia tidak mendapatkan bayaran
sepantasnya karena lagi lagi alasannya jilbab. Yang terakhir adalah aku L Masyallah.. semua itu aku baru
sadari ketika teman kerja bicara permasalahan ini dan aku baru menyadarinya.
Sore itu aku merasakan bingung campur seneng. Disatu sisi aku bakal bebas dari
jeratan pimpinan yang kapan saja bisa membunuhku, disatu sisi juga aku bingung
aku harus kerja di mana selain tempat ini. Kuliah yang membuat aku susah
menyesuaikan tempat kerja baru. Aku juga tidak mau tinggal diam, aku juga tidak
mau membut orang tua terbebani. Aku harus bisa, kuat dan berjuang sampai gelar
Sarjana ditangan.
11 Maret aku angkat kaki dari kantor ini, banyak cerita. Ruangan
ini jadi saksi aku mengahabiskan waktu ketika aku merasakan sakitnya putus
cinta, sakitnya dimarahin pimpinan, sakitnya diperlakukan seenaknya, sakitnya
terbebani setumpuk pekerjaan tanpa bimbingan senior. Ruangan lantai tiga, I
miss u so much. Banyak air mata yang menetes, mungkin kalo kaset kamera
pengintainya diputer ulang kalian bisa tau ceritanya hehehe :)
-Ry-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar