2 tahun yang lalu, aku menerima penolakan untuk tidak datang dihari penting, wisudamu. Aku menerima walaupun dalam hati menangis setiap ada pertanyaan "kenapa tidak hadir diacara sepenting wisuda?". Aku sampai tidak ingat untuk satu hal ini orangtuaku mengetahui atau tidak, yang pasti disaat wisudaku kau diterima dengan baik dan diperlakukan selayaknya laki laki dewasa yang pantas dihargai keberadaannya apapun yang sedangkan diperjuangkannnya saat itu. Kau merasakan keberadaanmu dihargai saat itu. Aku? Bahagia.
Berjalannya waktu banyak hal yang membuat keluargamu ragu. Aku anak pertama, yang mungkin saja kelak akan membebanimu dengan segala tanggungan kedua orangtua dan adik adikku. Kau tau tidak sebelumnya aku tidak pernah terpikir untuk menjadikan diriku dan keluargaku tanggungjawab suamiku kelak, tapi setelah kau mengatakan itu aku sadar alasan orangtua perempuan memilih laki laki yang layak dan lebih baik "performa-nya" ketimbang putrinya. Tapi tidak begitu dengan orangtuaku yang tetap menganggap kau laki laki yang baik meskipun mereka masih bertanya terus padaku "kamu sanggup nak melewati semuanya?"
*5 menit kemudian...
Seketika air mataku berjatuhan, aku sadar ibu bapakku hanya ingin melihat bahagia setiap menjalani sesuatu. Apa pantas aku menyakitinya dengan caraku, cara dia, dan cara mereka?
Maaf pak, bu.. InsyaAllah aku akan dipertemukan segera dengan laki laki yang tepat dan kalian harapkan.