Minggu, 24 Februari 2013

Di balik sebuah kegagalan dan penyesalan

Beberapa kali aku menunda untuk menulis. Sepertinya malas ketika waktu di rumah dipakai untuk menulis, ketika pada kenyataanya waktu bisa digunakan untuk berkumpul dengan keluarga dan menghabiskan waktu bersama mereka. Banyak hal yang terjadi dua hari yang lalu. Semuanya masih terangkum jelas di memori otakku. Dua kata yang simple, SABTU KELABU :) 


Tidak terfikir untuk medapatkan beasiswa sebelumnya. Tapi kekecewaan itu hadir ketika IP yang didapat hampir memperoleh beasiswa. Yeaahh kurang 0.44 lagi. Menyesal? Sangat. Seandainya kemarin bisa lebih survive pasti aku bisa dapetin beasiswa itu. Seandainya aku bisa lebih kuat pasti aku bisa sesemangat Ria yang dulu. Seandainya aku bisa mempengaruhi keadaan pasti aku tidak gagal seperti sekarang. Aku terlalu lemah untuk saat ini. Mudah dipengarui keadaan.  Terulang lagi kesalahan yang sama ketika harus gagal dapat bintang karena kurang rasa keikhlasan akan diri ini. Ya allah, aku sadar ada yang salah dari diriku sampai engkau menegurku denga cara seperti ini. Aku harus intropeksi diri dan merubah semua kekuranganku selama ini. Maafkan hambamu ini ya rabb..

Aku harus belajar dari pengalaman tiga bulan kemarin, pelajaran berharga yang pada akhirnya harus membuat diri ini lebih kuat, lebih ikhlas dan lebih termotivasi untuk mengejar cita-cita. Masa depan dipengaruhi oleh masa sekarang, bukan masa lalu. Masa lalu cukup jadikan sebuah pembelajaran untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Caraku saat ini adalah memutuskan untuk mengganti nomer lagi untuk kesekian kalinya. Bukan karena aku tidak menghargai orang-orang mengenalku terutama dia, tapi aku lelah harus megorbankan waktu untuk orang yang sama sekali tidak mengahargaiku sebagai teman. Dia selalu hadir disaat butuh. Apakah itu yang disebut teman? Kelemahanku adalah tidak bisa melihat teman dikeadaan terpuruk. Sesakit hati apapun aku selalu berusaha ada untuk teman, dan sebaliknya ketika aku terpuruk apa dia melakukan hal yang sama padaku? Jawabannya TIDAK! Yang dia tau hanya senang-senang. Aku tidak mau mengorbankan waktu, tenaga dan pikiranku untuk orang yang salah. Aku percaya sekarang, lingkungan dan dengan siapa kita berteman berpengaruh pada pola pikir dan kehidupan kita pada saat itu juga.

Belajar menerapkan mindset semua hal yang tidak baik buat kita akan hilang dari diri kita dan ada penggantinya yang jauh lebih baik. Setiap ada hujan dan petir tak lama muncul pelangi. Ketika kepompong terlihat biasa saja dia akan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Kita tidak akan pernah bisa berjalan apalagi berlari sebelum merasakan rasa sakitnya terjatuh. Itu semua filosofi kehidupan yang nyata terjadi tapi jarang manusia yang bisa menerimanya termasuk aku karena permasalahan waktu dan proses.

Pada akhirnya bukan lagi sekedar menerima filosofi tapi aku harus menjalani semuanya. Aku bukan lagi anak kecil, aku harus belajar bijak menghadapi semua kenyataan yang terjadi. Aku yakin ketika beban yang aku terima lebih berat dari biasanya pasti Allah percya aku memiliki pundak yang cukup kuat menopangnya. Ketika aku harus merasakan rasa sakitya terjatuh pasti Allah percaya aku mampu mengobatinya dan belajar untuk berhati-hati. Ketika aku kehilangan tujuan pasti Allah mengingatkanku akan keyamananku berlari selama ini.

MON – 11.00
-Ry-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar